PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai armlength business PT Pertamina (Pesero) Direktorat Hulu terus berupaya melakukan sejumlah terobosan.Salah satu terobosan tersebut diwujudkan melalui pengajuan Wilayah Kerja PSC Gas Metana Batubara (GMB) yang sudah ditandatangani melalui Production Sharing Contract (PSC) GMB di wilayah Block Sangatta 2 bersama dengan PT Visi Multi Artha, anak perusahaan Kaltim Prima Coal (KPC).
"Untuk pengamanan aset existing migas tidak ada cara lain selain terjun dalam bisnis GMB yang merupakan salah satu sumber energi alternatif pilihan untuk program diversifikasi dan diharapkan mampu mengatasi shortage kebutuhan gas secara nasional, "ujar Dwi Martono, Direktur PT. PHE Metana Kalimantan B.
"Setelah menandatangani PSC tersebut, maka konsorsium akan melakukan komitmen masa eksplorasi selama tiga tahun pertama dengan melakukan pemboran empat core-hole dan empat sumur eksporasi dengan perkiraan total nilai investasi sebesar 10 juta dolar AS selama tiga tahun pertama," jelas Dwi.
Dwi melanjutkan, setelah masa eksplorasi selama tiga tahun pertama, apabila dipandang masih belum menemukan dan menghasilkan cadangan gas metana batubara, secara ekonomis masih diberikan kesempatan untuk eksplorasi tahap kedua selama tiga tahun berikutnya.
"Apabila berhasil, maka diharapkan produksi pertama gas GMB dari Blok Sangatta II bisa on stream pada tahun ke-7 sehingga dapat memasok kebutuhan gas untuk industri dan rumah tangga di sekitar wilayah operasi di Kalimantan Timur, tambah Dwi Martono.
Bagi PHE, penandatanganan PSC GMB Blok Sangatta II ini merupakan perjanjian kerjasama PSC GMB kedua. Sebelumnya, melalui anak perusahaannya, yaitu PT PHE Metana Kalimantan A yang bekerjasama dengan Sangatta West CMB Inc, telah menandatangani PSC untuk Blok Sangatta I. "Dan akan menyusul untuk daerah di Sumatera Selatan Blok 1, 2 dan 3 melalui metoda kerjasama dengan pihak Partner,"ujar Dwi.
Dwi memaparkan, GMB atau dikenal juga dengan CMB (Coal Bed Methane) kini mulai dilirik untuk dikembangkan setelah banyak pihak mulai menyadari kurangnya cadangan gas nasional.
"Di beberapa negara maju seperti Amerika, Canada dan Australia, lebih dari 40 persen kebutuhan energi dalam negeri sudah dipasok oleh CBM, termasuk di dalamnya pasokan gas rumah tangga dan pembangkit listrik,"ungkap Dwi.
"Ke depan, PHE akan terus mengembangkan bisnis GMB, khususnya di wilayah kerja GMB yang mengalami overlap dengan wilayah kerja migas milik Pertamina di sejumlah blok, antara lain Blok Sumatera Selatan 1, Sumatera Selatan 2, Sumatera Selatan 3, Jambi dan Suban," papar Dwi Martono.
Alham dulillah, mas dira mudah-mudahan Indonesia tidak krisis energi lagi
BalasHapussmoga pejabat2 Migas ke depannya adalah yg berakhlak mulia
BalasHapusSelamat sore Mas dhira,.,.
BalasHapusSaya sandy mahsiswa UI geofisika. Saya tertarik untuk belajar tentang CBM.
Saya ingin menanyakan prosedural untuk tugas akhir dengan topik CBM.
ditunggu infonya.
salam hormat
sandy akbar
Terimakasih.
Ikuti workshop dan seminar Coal Bed Methane CBM 2010 FT Unsri, informasi lebih lanjut silahkan kunjungi http://cbm2010.ft.unsri.ac.id
BalasHapusArtikel yang bagus mas, salam kenal. kalo ada waktu berkunjung ke http://aryssuggestion.blogspot.com/search/label/Knowledge/default. sdikit membahas CBM gas. Trims
BalasHapus“A leader in well testing and early production facilities for the oil & gas industry”
BalasHapusAs a group company with world-class capabilities in well testing and fluid, our top priority is to offer the best service for business-based energy and resources in Indonesia. Dwipa Group was established as a company providing Non Destructive Testing for the oil and gas industry. We believe that through commitment, determination and passion for growth, opportunities are endless.
www.dwipagroup.co.id